Secaraprinsip, praktik politik adu domba adalah memecah belah dengan saling membenturkan (mengadu domba) kelompok besar yang dianggap memiliki pengaruh dan kekuatan. Tujuannya adalah agar kekuatan tersebut terpecah-belah menjadi kelompok-kelompok kecil yang tak berdaya. Dengan demikian kelompok-kelompok kecil tersebut dengan mudah dilumpuhkan
Seiringdengan waktu, metode penaklukan mereka mengalami perkembangan, sehingga devide et impera tidak lagi sekadar sebagai strategi perang namun lebih menjadi strategi politik.o Unsur-unsur yang
SejarahPenjajahan Indonesia. Selama abad ke-18, Vereenigde Oost-Indische Compagnie (disingkat VOC) memantapkan dirinya sebagai kekuatan ekonomi dan politik di pulau Jawa setelah runtuhnya Kesultanan Mataram. Perusahaan dagang Belanda ini telah menjadi kekuatan utama di perdagangan Asia sejak awal 1600-an, tetapi pada abad ke-18 mulai
KrisisBBM di antara Subsidi dan Dilema Anggaran, Jurnal Widya Ekonomika, No. 2 Tahun VII Juli Desember 2005, Kopertis Wilayah III, Jakarta Politik Adu Domba. Tahun ini puncak pesta demokrasi itu akan dilaksanakan besok, 9 April 2014, yaitu dengan melakukan pemungutan suara di ratusan ribu tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di
Awalmula penjajahan Belanda di Indonesia terkait Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) yang berdiri pada 20 Maret 1602. Beberapa peraturan penjajah Belanda yang menyengsarakan rakyat nusantara yaitu: Politik adu domba, VOC melakukan politik adu domba (devide et impera) yaitu saling mengadu domba antara kerajaan yang satu dengan kerajaan
Belandapernah melakukan politik adu domba di nusantara, yaitu antara - 28867471 azzahraranianabilah3 azzahraranianabilah3 21.04.2020 Iklan LOIOIOIOI LOIOIOIOI Jawaban: Jawaban:Belanda pernah melakukan politik adu domba antara → Raja Gowa Sultan Hasanuddin dengan Raja Bone (Aru Palaka). Iklan Iklan kristian77 kristian77 Selarung Nostalgia
Belandamenggunakan sistem devide et impera sejak awal memasuki Nusantara. Politik adu domba pada abad - 17 sangat digemari VOC untuk menguasai suatu daerah, dengan cara inilah Belanda yang bahkan jumlahnya jauh lebih sedikit dari pribumi bisa menguasai wilayah nusantara. Secara antropologi, negara Indonesia adalah negara heterogen dengan
KETIKAmenjajah Indonesia selama ratusan tahun, Belanda melancarkan serangkaian taktik politik untuk menguasai Nusantara. Salah satunya ialah taktik devide et impera, yang berarti "pecah dan berkuasa", atau dikenal juga sebagai politik adu domba. (Baca juga: 4 Raja Hebat di Masa Kerajaan Islam, Nomor 2 Usir Portugis dari Sunda Kelapa) Taktik ini memiliki tujuan untuk mencegah berkembangnya
KiHadjar & dr. Tjipto keduanya diasingkan ke Belanda, dan walaupun DD juga secara perintah diasingkan ke Belanda ia malah memilih untuk "mengasingkan diri" ke Swiss, mengambil studi Doktorat/PHD di Universitas Zurich - sebagai bentuk pembangkangannya di pengasingan terhadap pemerintah kolonial.. dr. Tjipto dikembalikan ke Jawa tahun 1914, sementara ki Hadjar tahun 1919.
RIAU1COM - Semenjak terjadinya gelombang migarasi para pedagang China ke Nusantara dipertengahan abad ke-15, Belanda mulai memainkan politik devide et impera atau politik adu domba terutama di Kota Padang, Sumatera Barat.. Alasannya karena orang-orang Tionghoa ini kerap menjalin hubungan harmonis dengan penduduk setempat, dikutip dari Orang-Orang Tionghoa, Dimana Bumi Dipijak, Disini Langik
YHQ61w. - Secara harfiah, devide et impera dapat diartikan sebagai "pecah dan berkuasa". Strategi ini dipopulerkan oleh Julius Cesar dalam upayanya membangun kekaisaran Romawi. Caranya adalah dengan menimbulkan perpecahan di suatu wilayah sehingga mudah untuk konteks lain, devide et impera juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat. Seiring waktu, devide et impera juga dikenal sebagai politik pecah belah atau politik adu domba. Baca juga Kebijakan-Kebijakan VOC di Bidang Politik Politik devide et impera di nusantara Devide et impera perama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Belanda melalui VOC Vereenigde Oostindische Compagnie. Selain monopoli, salah satu siasat yang digunakan oleh VOC untuk menguasai nusantara adalah devide et impera. Politik adu domba bahkan dijadikan kebiasaan oleh VOC dalam hal politik, militer, dan ekonomi untuk melestarikan penjajahannya di Indonesia. Orientasinya adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan menaklukkan raja-raja di nusantara. Strategi Belanda yang paling ampuh menghadapi perlawanan dari penguasa lokal adalah dengan meakukan politik adu domba. VOC pun mampu menaklukkan kerajaan-kerajaan besar di nusantara dengan memanfaatkan perang saudara ataupun permusuhan antarkerajaan. Baca juga Kebijakan-kebijakan VOC di Bidang Ekonomi Berikut beberapa contoh keberhasilan VOC dalam melaksanakan devide et impera di nusantara 1. Perang Makassar Dalam perang ini, VOC berhasil menaklukkan Kesultanan Gowa dan Kota Makassar pada 1669 karena dibantu oleh Raja Bone dan Arung Palakka yang tengah berseteru dengan Sultan Hasanudin. 2. Konflik Kerajaan Mataram Konflik ini membuat posisi VOC sangat diuntungkan, sedangkan posisi Kerajaan Mataram semakin melemah karena terbagi menjadi empat kerajaan. Selain itu, Belanda juga berupaya melakukan siasat devide et impera pada Perang Saparua, Perang Padri, Perang Diponegoro atau Perang Jawa, Perang Aceh, Perang Banjar, dan Perang politik adu domba sukses membuat bangsa Indonesia berkonflik dan berebutt kekuasaan. Efektivitas devide et impera pun mendapat perhatian khusus oleh pemerintah Kerajaan Belanda. Baca juga Perlawanan Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi Terhadap VOC Strategi Belanda di Nusantara Berikut strategi yang dilakukan Belanda saat menerapkan politik devide et impera Make friends and create common enemy Pada langkah ini, Belanda akan berusaha menjadi teman dan menciptakan musuh bersama. Apabila sudah berteman, maka negosiasi dan diplomasi akan berjalan lebih mudah. Sementara common enemy yang dimaksud adalah pihak lain yang menjadi saingan bisnis VOC. Manajemen isu Pola ini dilakukan dengan menebar selentingan kabar dan desas-desus, baik di lingkungan politik maupun sosial. Bentuk lain dari manajemen isu adalah propaganda. Bermain di dua sisi Belanda biasanya akan berpihak pada dua kubu yang saling bertentangan seolah berada posisi netral. Merekrut pemimpin lokal Belanda biasanya akan merekrut pemimpin lokal sebagai bagian dari rantai manajemen terbawah. Trik ini dilakukan dengan memberi pengakuan yang mengatasnamakan kerajaan Belanda terhadap entitas politik di suatu daerah. Seperti yang terjadi pada Perang Diponegoro dan Kesultanan Melayu. Baca juga Penjelajahan Samudra oleh Portugis Latar Belakang dan Kronologi Mengatur terjadinya perang saudara Cara ini dilakukan dengan menggunakan pribumi sebagai kekuatan militan untuk melawan bangsanya sendiri. Pola ini terlihat di Sumatera Barat pada 1821-1837, saat Belanda berhasil memprovokasi Kaum Adat untuk berperang melawan Kaum Paderi. Devide et impera pasca proklamasi kemerdekaan RI Pasca proklamasi kemerdekaan, Belanda kembali mencoba menerapkan politik devide et impera untuk memecah belah persatuan Indonesia. Upayanya pun berhasil memecah Indonesia menjadi negara-negara bagian, yaitu Negara Indonesia Timur sekarang Papua, Negara Sumatera Timur, Negara Madura, Negara Pasundan, Negara Sumatra Selatan, dan Negara Jawa Timur. Referensi Putra, Dharma Kelana. 2014. Devide Et Impera Mengenal Taktik Dan Strategi Orang Belanda. Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID th4TQKdFAHLF7NE5eC6oIO1Quy7j4Kw5t_yGjnpVdAMh0x-skIAh9Q==
- Tujuan kedatangan bangsa Eropa, termasuk Belanda, ke Indonesia pada mulanya adalah untuk mencari rempah-rempah. Dalam perkembangannya, Belanda menjadi serakah dan berhasil menguasai rempah-rempah serta kekayaan alam Indonesia lainnya. Beberapa kekayaan alam yang dimonopoli Belanda melalui kongsi dagang VOC adalah lada dari Banten dan Aceh, beras dari Mataram, dan kopi melaksanakan monopoli perdagangan, VOC diketahui suka ikut campur dalam urusan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia dan mengadu domba. Mengapa VOC ikut campur dalam kerajaan-kerajaan di Indonesia dan mengadu domba? Tujuan adu domba VOC Selama abad ke-17 dan 18, perdagangan di Batavia dan beberapa wilayah di Nusantara dikuasai secara langsung oleh VOC. Namun, di luar daerah-daerah tersebut, kerajaan-kerajaan Indonesia tetap hidup sebagai kerajaan berdaulat dan memegang kendali atas pangkalan-pangkalan dan rute-rute perdagangan. Dalam persaingan dan perebutan kekuasaan dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara, baik melalui diplomasi ataupun peperangan, VOC akhirnya berhasil memaksakan perjanjian-perjanjian terhadap raja-raja di Indonesia. Tujuan VOC terlibat dalam urusan internal kerajaan-kerajaan di Nusantara adalah VOC ingin memecah belah kekuasaan kerajaan-kerajaan pribumi. Hal ini dilakukan karena kekuatan VOC hanya terbatas, dibandingkan dengan wilayah kekuasaannya di Nusantara yang sangat luas. Dengan begitu, ancaman dari kerajaan-kerajaan yang menjadi pesaing dan belum ditaklukkan oleh VOC dapat perjanjian itu, VOC tidak hanya menuntut hak-hak monopoli perdagangan dan kekuasaan pemerintahan, tetapi juga melakukan intervensi dalam masalah internal kerajaan, seperti contohnya pada pergantian takhta kerajaan. Melalui kontrak-kontrak politik seperti ini, akhirnya raja-raja di Indonesia kehilangan kedaulatannya. Baca juga Devide et Impera Asal-usul dan Upaya-upayanya di Nusantara Strategi devide et impera Kekuatan VOC di Nusantara memang terbatas, tetapi kemampuannya dalam melihat situasi politik pada kerajaan-kerajaan lokal sangat luar biasa. Ketika mengendus adanya konflik dalam kerajaan atau antarkerajaan, VOC biasanya akan berperan sebagai juru damai atau memihak pada salah satunya. VOC kemudian menjalankan strategi andalannya, yakni melakukan devide et impera atau politik adu domba. Kerajaan-kerajaan yang terlibat konflik ataupun pihak-pihak dalam sebuah kerajaan yang bertikai akan diadu domba. Strategi devide et impera terbukti berhasil membawa VOC menguasai sejumlah wilayah di Nusantara. Atas 'bantuannya' menyelesaikan konflik kerajaan, VOC mengajukan perjanjian atau bahkan diberi hadiah oleh raja berupa hak penguasaan atas wilayah tertentu. Referensi Sinaga, Rosmaida, Lister Eva Simangunsong, dan Syarifah Syarifah. 2020. Kolonialisme Belanda dan Multikulturalisme Masyarakat Kota Medan. Medan Yayasan Kita Menulis. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.